Sikap adalah evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia
social, serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka
kita terhadap isu, ide, orang, kelompok social, objek,dsb. Beberapa dendefinisian tentang sikap :
- Sikap adalah derajat afek
positif atau negative pada suatu obyek psikologis (Edwards, 1957).
- Sikap adalah pola perilaku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi social (respons terhadap stimuli social yang terkondisikan)
(LaPierre,1934).
- Sikap adalah keteraturan
tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya
(Secprd dan Backman, 1964).
- Sikap adalah evaluasi terhadap
berbagai aspek dalam dunia social.
Komponen
sikap social ada 3, yaitu:
- Komponen
beliefs/kognitif/stereotypes adalah komponen pengetahuan dan keyakinan
yang menyangkut obyek sikap. Contoh: Orang desa bodoh; Beliefs kita bahwa
pak Habibi sangat mencintai istrinya karena pak Habibi sangat bersedih
dengan kematian istrinya bahkan sering mengunjungi makam sang istri;
minuman keras itu berbahaya karena mengandung alkohol.
- Komponen afektif/perasaan
adalah evaluasi menyangkut identitas social tertentu. Contoh: baik
atau jahat; enak atau tidak; Minuman keras itu tidak enak, saya tidak
suka.
- Komponen konatif adalah
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
obyek sikap yang dihadapi. contoh: Saya tidak mau meminum minuman keras.
Pada
komponen afektif, dapat dibedakan menjadi:
- Direction (arah): bila arahnya
positif menunjukkan pengharhaan social. Bila arahnya negative menunjukkan
prasangka/prejudice. Contoh: sikap susi terhadap narapidana arahnya
negative, karena menurut susi para narapidana itu jahat, bengis, kejam,
dll.
- Kekuatan sikap: menyangkut
jumlah dan variasi elemen yang membentuk komponen teersebut. Bisa sangat
kuat hingga lemah. Kalau kita tidak banyak mengetahui tentang suatu obyek,
maka kekuatan sikap kita lemah dan kita pandangan kita pada obyek tersebut
akan mudah dipengaruhi.
Sikap
social mempengaruhi:
- Cara mengidentifikasi seseorang
- Cara mengevaluasi seseorang
- Penilaian tentang penyebab
tengkah laku seseorang (atribusi)
A.
Pembentukkan Sikap
Ada Ada 4
teori pembelajaran social dalam pembentukkan sikap:
- Classical conditioning adalah pembelajaran
berdasarkan asosiasi suatu stimulus yang sebelumnya netral menjadi
berkapasitas membangkitkan respons setelah dipasangkan berulang kali
dengan stimulus lain. Contoh: Setiap Tante Indah main ke rumah, pasti dia
membawakan pempek kesukaan Susi, dan ini berlangsung terus setiap kali
tante Indah datang. Sehingga, ketika tante Indah akan datang ke rumah,
Susi senang karena akan mendapatkan pempek kesukaannya. Contoh lainnya
pada sebuah penelitian : anak kecil yang awalnya bersikap netral terhadap
hewan berbulu (dalam percobaan ini kelinci), lalu dalam percobaan setiap
kali kellinci muncul selalu dibarengi dengan bunyi gong yang kencang yang
dapat membuat anak tersebut ketakutan. Setelah berulangkali percobaan,
anak itu menjadi phobia kelinci dan hewan berbulu lainnya.
- Instrumental Conditioning adalah proses belajar yang
diperkuat dengan memberikan reinforcement pada sikap yang dimunculkan.
Kita melakukan sesuatu untuk mendapatkan reinforcement, dan kita tidak
melakukan sesuatu untuk menghindari hukuman. Contoh: untuk mengajarkan
anak pentingnya sikat gigi, kita perlu member reinforcement atau hukuman:
“kalau kamu ga mau sikat gigi, mama ga mau beliin cokelat lagi.”
- Perbandingan social (social
comparison)adalah
membandingkan diri dengan orang lain untuk menentukan benar atau salahnya
pandangan kita pada suatu kenyataan social. Contoh: petani yang late
adopter, mereka melakukan perbandingan social terlebih dahulu dengan
melihat dampak inovasi terhadap petani lain yang telah menggunakan inovasi
tersebut. Bila dampaknya positif, petani tersebut akan ikut menggunakan
inovasi tersebut.
- Pembelajaran dari observasi (observational
learning)
adalah belajar dengan mengobservasi tingkah laku orang di sekitarnya.
Contoh: orang tua yang merokok di depan anaknya, akan membuat si anak
menjadi seorang perokok pula.
Fungsi
sikap ada lima:
- Sebagai cara yang praktis untuk
memahami dunia social (melalui skema dan persepsi)
- Self expression dan self
identity function (bahwa diri kita berbeda dengan yang lain)
- Membantu tumbuhnya self esteem
- Mempertahankan ego (ego defense
function): melindungi dari informasi buruk tentang diri sendiri
- Impression motivation function:
mengekspresikan pandangan yang “benar”.
Selain
itu, factor genitik juga berperan dalam pembentukkan sikap. Contohnya pada anak
kembar identik, biasanya menukai atau tidak menyukai suatu hal yang sama.
Sikap
mempengaruhi tingkah laku bila ia tidak ambivalent sedangkan sikap tidak
mempengaruhi tingkah laku bila ia ambivalent. Ambivalent sikap adalah fakta
bahwa kita memiliki evaluasi positif dan negative terhadap objek sikap yang
sama; sehingga, sikap kita terhadapnya menjadi ambivalent.
Sikap
mempengaruhi tingkah laku tergantung situasi yang bisa menghambat (situational
constrain) atau memfasilitasi sikap. Contoh: dalam situasi di mana banyak orang
yang mendukung kita, kita akan melakukan tingkah laku yang sesuai. Di dalam
militer dimana pasukan harus tunduk pada atasan dan tidak boleh ada pendapat
yang berbeda dengan atasan maka tingkah laku akan mempengaruhi sikap.
Aspek
penting dari sikap:
- Sumber sikap: dapat berasal
dari pengalaman langsung (pengalaman yang kita alami sendiri) ataupun
pengalaman tidak langsung (diceritakan oleh orang lain atau kita melihat
orang lain melakukan sesuatu dan kita observasi).
- Kekuatan sikap: internsitas,
kepentingan, pengetahuan tentang obyek sikap, kemudahan diterima.
- Kekhususan sikap.
Mengenai
hubungan antara sikap dan tingkah laku, ada 4 teori:
- Reason action model theory (Ajzen dan Fishben, 1980 &
1991). Menurut teori ini, tingkah laku individu dapat diramalkan dari
tujuan tingkah laku yang terbentuk dari: attidute towards the behavior
(sejauh mana indiovidu menilai positif atau negative dari konsekuensi
tingkah laku tertentu) dan norma subyektif sejauh mana ia percaya bahwa
significant others menyetujui atau menolak tingkah laku tersebut. Contoh:
saya akan melakukan tingkah laku tertentu kalau tingkah laku tersebut
berdampak positif pada saya dan orang lain menyukai/menyetujui tingkah
laku saya tersebut.
- Planned behavior theory, hampir sama dengan Reason
action model theory hanya saja menambahkan 1 elemen lain yaitu:
persepsi akan kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Intense akan
menentukan tingkah laku ditampilkan atau tidak.
- Attitude to behavior process
model
(Fazio, 1994), beberapa kejadian dapat mengaktifkan pengetahuan tentang
norma social dan sikap sehingga keduanya akan membentuk definisi kita
tentang situasi (persepsi) yang akan menentukan tingkah laku yang
ditampilkan. Contoh: ketika melihat kecelakaan lalu lintas di jalan, norma
social Susi mengenai tolong-menolong (yang diajarkan sejak kecil)
mendorong Susi untuk menolong korban kecelakaan itu.
- Balance Theory dan Cognitive
Dissonance Theory (Festinger),
menurut teori ini tingkah laku dapat mempengaruhi sikap dan sebaliknya
sikap dapat mempengaruhi tingkah laku. Perubahan dapat terjadi bila tidak
ada konsistensi antara sikap dan tingkah laku. Dalam teori ini, kita
sering menyadari ada hal-hal yang tidak sejalan dengan diri kita yang
membuat diri kita tidak nyaman (dissonance) untuk itu kita berusaha
membuatnya balance lagi melalui dua pilihan: mengubah sikap atau mengubah
perilaku. Bila ada situasi yang menekan atau menuntut keseragaman, tingkah
laku akan merubah sikap dan bila ada situasi yang tidak menekan, sikap akan
merubah tingkah laku. Contoh sikap merubah tingkah laku: Susi mencintai
Boby dan mau berpacaran dengannya, tapi karena mengetahui bahwa Boby itu
perokok dan Susi tidak menyukai rokok maka Susi tidak jadi berpacaran
dengan Boby. Contoh tingkah laku mempengaruhi sikap: Istri yang tidak suka
bola, tapi karena sering menemani suami menonnton bola, si istri tersebut
jadi suka bola.
B.
Seni Persuasi
Seni
persuasi adalah usaha untuk mengubah sikap orang lain melalui berbagai jenis
pesan. Factor-faktor yang mempengaruhi kekuatan persuasi adalah sebagai
berikut:
- Kredibilitas sumber
- Daya tarik fisik
- Ada gangguan suasana (contoh:
dalam keramaian pasar, kita lebih mudah membujuk orang untuk membeli
sesuatu).
- Ada sikap yang berlawanan
- Berbicara dengan cepat (orang
yang berbicara dengan cepat seringkali lebih persuasive)
- Ada pesan yang mengandung
emosi.
Kita dapat
memproses pesan persuasive melalui 2 cara yang berbeda:
- Pemrosesan sistematik dengan
mempertimbangkan secara mendalam dan hati-hati terhadap isu pesan dan ide
yang terkandung di dalamnya.
- Pemrosesan heuristic dengan
melibatkan penggunaan aturan utama yang sederhana atau jalan pintas
mental. Apa yang mirip dengan skema di otak kita, kita akan langsung
menerapkan sikap kita. Contoh: kita ga suka orang berkulit hitam. Maka
begitu ada orang berkulit hitam kita akan langsung menunjukkan rasa tidak
suka itu.
Resistensi
perubahan (kesulitan untuk berubah) biasanya disebabkan oleh:
- Ada mekanisme reaksi (mekanisme
perlawanan untuk diubah)
- Adanya peringatan
(forewarning), contoh: Andi tau bahwa dia akan dinasehati untuk merubahnya
berhenti merokok, maka Andi akan bersiap-siap mempertahankan
dirinya.penghindaran selektif. Contoh: menghindar secara sengaja hal-hal
yang mengancam pendapat dia.
- Pertahanan aktif terhadap sikap
yang ada
- Bias asimilasi dan polarisasi
sikap. Bias asimilasi bilamana semua hal yang kita anggap tidak relevan
dan berlawanan dengan sikap yang kita anut akan menyebabkan kita justru
makin kuat pada sikap tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar