Senin, 22 Oktober 2012

SIKAP



Sikap adalah evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia social, serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka kita terhadap isu, ide, orang, kelompok social, objek,dsb. Beberapa dendefinisian tentang sikap :
  • Sikap adalah derajat afek positif atau negative pada suatu obyek psikologis (Edwards, 1957).
  • Sikap adalah pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social (respons terhadap stimuli social yang terkondisikan) (LaPierre,1934).
  • Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Secprd dan Backman, 1964).
  • Sikap adalah evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia social.
Komponen sikap social ada 3, yaitu:
  1. Komponen beliefs/kognitif/stereotypes adalah komponen pengetahuan dan keyakinan yang menyangkut obyek sikap. Contoh: Orang desa bodoh; Beliefs kita bahwa pak Habibi sangat mencintai istrinya karena pak Habibi sangat bersedih dengan kematian istrinya bahkan sering mengunjungi makam sang istri; minuman keras itu berbahaya karena mengandung alkohol.
  2. Komponen afektif/perasaan adalah evaluasi menyangkut identitas social tertentu.  Contoh: baik atau jahat; enak atau tidak; Minuman keras itu tidak enak, saya tidak suka.
  3. Komponen konatif adalah kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi. contoh: Saya tidak mau meminum minuman keras.
Pada komponen afektif, dapat dibedakan menjadi:
  1. Direction (arah): bila arahnya positif menunjukkan pengharhaan social. Bila arahnya negative menunjukkan prasangka/prejudice. Contoh: sikap susi terhadap narapidana arahnya negative, karena menurut susi para narapidana itu jahat, bengis, kejam, dll.
  2. Kekuatan sikap: menyangkut jumlah dan variasi elemen yang membentuk komponen teersebut. Bisa sangat kuat hingga lemah. Kalau kita tidak banyak mengetahui tentang suatu obyek, maka kekuatan sikap kita lemah dan kita pandangan kita pada obyek tersebut akan mudah dipengaruhi.

Sikap social mempengaruhi:
  • Cara mengidentifikasi seseorang
  • Cara mengevaluasi seseorang
  • Penilaian tentang penyebab tengkah laku seseorang (atribusi)
A. Pembentukkan Sikap
Ada Ada 4 teori pembelajaran social dalam pembentukkan sikap:
  1. Classical conditioning adalah pembelajaran berdasarkan asosiasi suatu stimulus yang sebelumnya netral menjadi berkapasitas membangkitkan respons setelah dipasangkan berulang kali dengan stimulus lain. Contoh: Setiap Tante Indah main ke rumah, pasti dia membawakan pempek kesukaan Susi, dan ini berlangsung terus setiap kali tante Indah datang. Sehingga, ketika tante Indah akan datang ke rumah, Susi senang karena akan mendapatkan pempek kesukaannya. Contoh lainnya pada sebuah penelitian : anak kecil yang awalnya bersikap netral terhadap hewan berbulu (dalam percobaan ini kelinci), lalu dalam percobaan setiap kali kellinci muncul selalu dibarengi dengan bunyi gong yang kencang yang dapat membuat anak tersebut ketakutan. Setelah berulangkali percobaan, anak itu menjadi phobia kelinci dan hewan berbulu lainnya.
  2. Instrumental Conditioning adalah proses belajar yang diperkuat dengan memberikan reinforcement pada sikap yang dimunculkan. Kita melakukan sesuatu untuk mendapatkan reinforcement, dan kita tidak melakukan sesuatu untuk menghindari hukuman. Contoh: untuk mengajarkan anak pentingnya sikat gigi, kita perlu member reinforcement atau hukuman: “kalau kamu ga mau sikat gigi, mama ga mau beliin cokelat lagi.”
  3. Perbandingan social (social comparison)adalah membandingkan diri dengan orang lain untuk menentukan benar atau salahnya pandangan kita pada suatu kenyataan social. Contoh: petani yang late adopter, mereka melakukan perbandingan social terlebih dahulu dengan melihat dampak inovasi terhadap petani lain yang telah menggunakan inovasi tersebut. Bila dampaknya positif, petani tersebut akan ikut menggunakan inovasi tersebut.
  4. Pembelajaran dari observasi (observational learning) adalah belajar dengan mengobservasi tingkah laku orang di sekitarnya. Contoh: orang tua yang merokok di depan anaknya, akan membuat si anak menjadi seorang perokok pula.
Fungsi sikap ada lima:
  1. Sebagai cara yang praktis untuk memahami dunia social (melalui skema dan persepsi)
  2. Self expression dan self identity function (bahwa diri kita berbeda dengan yang lain)
  3. Membantu tumbuhnya self esteem
  4. Mempertahankan ego (ego defense function): melindungi dari informasi buruk tentang diri sendiri
  5. Impression motivation function: mengekspresikan pandangan yang “benar”.
Selain itu, factor genitik juga berperan dalam pembentukkan sikap. Contohnya pada anak kembar identik, biasanya menukai atau tidak menyukai suatu hal yang sama.
Sikap mempengaruhi tingkah laku bila ia tidak ambivalent sedangkan sikap tidak mempengaruhi tingkah laku bila ia ambivalent. Ambivalent sikap adalah fakta bahwa kita memiliki evaluasi positif dan negative terhadap objek sikap yang sama; sehingga, sikap kita terhadapnya menjadi ambivalent.
Sikap mempengaruhi tingkah laku tergantung situasi yang bisa menghambat (situational constrain) atau memfasilitasi sikap. Contoh: dalam situasi di mana banyak orang yang mendukung kita, kita akan melakukan tingkah laku yang sesuai. Di dalam militer dimana pasukan harus tunduk pada atasan dan tidak boleh ada pendapat yang berbeda dengan atasan maka tingkah laku akan mempengaruhi sikap.
Aspek penting dari sikap:
  1. Sumber sikap: dapat berasal dari pengalaman langsung (pengalaman yang kita alami sendiri) ataupun pengalaman tidak langsung (diceritakan oleh orang lain atau kita melihat orang lain melakukan sesuatu dan kita observasi).
  2. Kekuatan sikap: internsitas, kepentingan, pengetahuan tentang obyek sikap, kemudahan diterima.
  3. Kekhususan sikap.
Mengenai hubungan antara sikap dan tingkah laku, ada 4 teori:
  1. Reason action model theory (Ajzen dan Fishben, 1980 & 1991). Menurut teori ini, tingkah laku individu dapat diramalkan dari tujuan tingkah laku yang terbentuk dari: attidute towards the behavior (sejauh mana indiovidu menilai positif atau negative dari konsekuensi tingkah laku tertentu) dan norma subyektif sejauh mana ia percaya bahwa significant others menyetujui atau menolak tingkah laku tersebut. Contoh: saya akan melakukan tingkah laku tertentu kalau tingkah laku tersebut berdampak positif pada saya dan orang lain menyukai/menyetujui tingkah laku saya tersebut.
  2. Planned behavior theory, hampir sama dengan Reason action model theory hanya saja menambahkan 1 elemen lain yaitu: persepsi akan kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Intense akan menentukan tingkah laku ditampilkan atau tidak.
  3. Attitude to behavior process model (Fazio, 1994), beberapa kejadian dapat mengaktifkan pengetahuan tentang norma social dan sikap sehingga keduanya akan membentuk definisi kita tentang situasi (persepsi) yang akan menentukan tingkah laku yang ditampilkan. Contoh: ketika melihat kecelakaan lalu lintas di jalan, norma social Susi mengenai tolong-menolong (yang diajarkan sejak kecil) mendorong Susi untuk menolong korban kecelakaan itu.
  4. Balance Theory dan Cognitive Dissonance Theory (Festinger), menurut teori ini tingkah laku dapat mempengaruhi sikap dan sebaliknya sikap dapat mempengaruhi tingkah laku. Perubahan dapat terjadi bila tidak ada konsistensi antara sikap dan tingkah laku. Dalam teori ini, kita sering menyadari ada hal-hal yang tidak sejalan dengan diri kita yang membuat diri kita tidak nyaman (dissonance) untuk itu kita berusaha membuatnya balance lagi melalui dua pilihan: mengubah sikap atau mengubah perilaku. Bila ada situasi yang menekan atau menuntut keseragaman, tingkah laku akan merubah sikap dan bila ada situasi yang tidak menekan, sikap akan merubah tingkah laku. Contoh sikap merubah tingkah laku: Susi mencintai Boby dan mau berpacaran dengannya, tapi karena mengetahui bahwa Boby itu perokok dan Susi tidak menyukai rokok maka Susi tidak jadi berpacaran dengan Boby. Contoh tingkah laku mempengaruhi sikap: Istri yang tidak suka bola, tapi karena sering menemani suami menonnton bola, si istri tersebut jadi suka bola.
B. Seni Persuasi
Seni persuasi adalah usaha untuk mengubah sikap orang lain melalui berbagai jenis pesan. Factor-faktor yang mempengaruhi kekuatan persuasi adalah sebagai berikut:
  1. Kredibilitas sumber
  2. Daya tarik fisik
  3. Ada gangguan suasana (contoh: dalam keramaian pasar, kita lebih mudah membujuk orang untuk membeli sesuatu).
  4. Ada sikap yang berlawanan
  5. Berbicara dengan cepat (orang yang berbicara dengan cepat seringkali lebih persuasive)
  6. Ada pesan yang mengandung emosi.
Kita dapat memproses pesan persuasive melalui 2 cara yang berbeda:
  1. Pemrosesan sistematik dengan mempertimbangkan secara mendalam dan hati-hati terhadap isu pesan dan ide yang terkandung di dalamnya.
  2. Pemrosesan heuristic dengan melibatkan penggunaan aturan utama yang sederhana atau jalan pintas mental. Apa yang mirip dengan skema di otak kita, kita akan langsung menerapkan sikap kita. Contoh: kita ga suka orang berkulit hitam. Maka begitu ada orang berkulit hitam kita akan langsung menunjukkan rasa tidak suka itu.
Resistensi perubahan (kesulitan untuk berubah) biasanya disebabkan oleh:
  1. Ada mekanisme reaksi (mekanisme perlawanan untuk diubah)
  2. Adanya peringatan (forewarning), contoh: Andi tau bahwa dia akan dinasehati untuk merubahnya berhenti merokok, maka Andi akan bersiap-siap mempertahankan dirinya.penghindaran selektif. Contoh: menghindar secara sengaja hal-hal yang mengancam pendapat dia.
  3. Pertahanan aktif terhadap sikap yang ada
  4. Bias asimilasi dan polarisasi sikap. Bias asimilasi bilamana semua hal yang kita anggap tidak relevan dan berlawanan dengan sikap yang kita anut akan menyebabkan kita justru makin kuat pada sikap tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar