1.1 Definisi Penyandang Disabilitas (Penyandang
Cacat)
Kecacatan adalah suatu
kondisi dimana adanya kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu
atau merupakan rintangan dan hambatan bagi seseorang untuk melakukan aktivitas
secara selayaknya. Mengacu, pada pasal 1, UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, anak yang menyadang cacat adalah anak yang mengalami
hambatan fisik dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya secara wajar.
Teori kecacatan menurut
Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu ; Disability adalah keterbatasan atau
kekurang mampuan untuk melaksanakan kegiatan secara wajar bagi kemanusiaan yang
diakibatkan oleh kondisi impairment.
Menurut NAWS : Disability may be defined as a reduction in
personal coping and adaptive function that causes significant limitation in
overall daily living. (Kecacatan dapat didefinisikan sebagai keadaan
berkurangnya fungsi pribadi dalam memenuhi kebutuhan dan daya penyesuaiannya
sehingga menyebabkan keterbatasan dalam keseluruhan penampilan hidup sehari-hari).
1.2 Ciri-ciri
Penyandang Disabilitas
1. Penyandang Cacat Fisik, yaitu individu
yang mengalami kelainan kerusakan fungsi organ tubuh dan kehilangan organ sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi tubuh. Misalnya gangguan penglihatan, pendengaran,
dan gerak.
2. Penyandang Cacat Mental, yaitu individu
yang mengalami kelainan mental dan atau tingkah laku akibat bawaan atau
penyakit. Individu tersebut tidak bisa mempelajari dan melakukan perbuatan yang
umum dilakukan orang lain (normal), sehingga
menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
3. Penyandang Cacat Fisik dan Mental,
yaitu individu yang mengalami kelainan fisik dan mental sekaligus atau
cacat ganda seperti gangguan pada fungsi tubuh, penglihatan, pendengaran dan
kemampuan berbicara serta mempunyai kelainan mental atau tingkah laku, sehingga
yang bersangkutan tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari selayaknya.
1.3 Klasifikasi Penyandang Disabilitas
Menurut
UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, berbagai faktor penyebab serta
permasalahan kecacatan, maka jenis-jenis kecacatan dapat di kelompokkan sebagai
berikut :
1. Penyandang Cacat Fisik
a. Tuna Netra
Berarti kurang penglihatan.
Keluarbiasaan ini menuntut adanya pelayanan khusus sehingga potensi yang
dimiliki oleh para tuna netra dapat berkembang secara optimal.
b. Tuna Rungu/ Wicara
Tuna Rungu, ialah individu yang mengalami
kerusakan alat atau organ pendengaran yang menyebabkan kehilangan kemampuan menerima
atau menangkap bunyi serta suara. sedangkan Tuna Wicara, ialah individu yang
mengalami kerusakan atau kehilangan kemampuan berbahasa, mengucapkan kata-kata,
ketepatan dan kecepatan berbicara, serta produksi suara.
c. Tuna Daksa
Secara harfiah berarti cacat fisik.
Kelompok tuna daksa antara lain adalah individu yang menderita penyakit epilepsy (ayan), kelainan tulang
belakang, gangguan pada tulang dan otot,serta yang mengalami amputasi.
2.
Penyandang
Cacat Mental
a.
Tuna
Laras
Dikelompokkan dengan anak
yang mengalami gangguan emosi. Gangguan yang muncul pada individu yang berupa
gangguan perilaku seperti suka menyakiti diri sendiri, suka menyerang teman, dan
lainnya.
b.
Tuna
Grahita
Sering dikenal dengan
cacat mental yaitu kemampuan mental yang berada di bawah normal. Tolak ukurnya
adalah tingkat kecerdasan atau IQ. Tuna grahita dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Penyandang Cacat Mental
Eks Psikotik :
Ø
Eks
psikotik penderita gangguan jiwa, sering mengganggu.
Ø
Kadang
masih mengalami kelainan tingkah laku.
Penyandang Cacat Mental
Retardasi :
Ø Tuna Grahita Ringan (Debil)
Tampang dan fisiknya normal, mempunyai
IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka
masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita
ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.
Ø Tuna Grahita Sedang (Embisil)
Tampang atau kondisi fisiknya sudah
dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tuna grahita yang mempunyai fisik
normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan
pendidikan setingkat kelas II SD Umum.
Ø Tuna Grahita Berat (Idiot)
Kelompok ini termasuk yang sangat
rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak
tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30
kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.
3. Penyandang Cacat Fisik dan Mental
(Ganda)
a. Tuna Ganda
Kelompok penyandang jenis ini adalah
mereka yang menyandang lebih dari satu jenis keluarbiasaan, misalnya penyandang
tuna netra dengan tuna rungu sekaligus, penyandang tuna daksa disertai dengan
tuna grahita atau bahkan sekaligus.
1.4 Faktor
Penyebab
1.
Penyandang
Cacat Fisik :
a.
Tuna
Netra
§
Masa
Prenatal :
-
Akibat
penyakit campak Jerman. Jika menyerang ibu yang sedang hamil 1-3 bulan, besar
kemungkinan bayinya lahir dalam keadaan tuna netra.
- Akibat
penyakit Syphilis, bayi yang ada dalam kandungan kemungkinan terlahir dengan keadaan tuna
netra.
-
Akibat
kecelakaan, keracunan obat2an/zat kimia, sinar laser, minuman keras yg
mengakibatkan kerusakan janin khususnya pada bagian mata.
-
Infeksi
virus Rubella, toxoplasmosis.
-
Malnutrisi
berat pada tahap embrional minggu ke 3 sampai ke 8.
§
Masa
Natal :
-
Kerusakan
mata atau syaraf mata pada saat proses kelahiran. Terjadi karena proses
kelahiran yang sulit, sehingga bayi harus keluar dengan bantuan alat (vakum).
-
Ibu
menderita penyakit Gonorrchoe, sehingga kuman gonococcus (GO) menular pada bayi
saat kelahiran.
-
Retrolenta
Fibroplasia yang disebabkan karena bayi lahir sebelum waktunya, sehingga
diberikan konsentrasi oksigen yang tinggi dalam inkubator.
§
Masa
Perkembangan :
- Kekurangan vitamin A.
-
DM, menyebabkan kelainan retina.
-
Darah tinggi ; pandangan rangkap/kabur.
-
Stroke ; kerusakan syaraf mata.
-
Radang
kantung air mata, radang kelenjar kelopak mata, hemangiona, retinoblastoma, efek
obat/zat kimiawi.
b.
Tuna
Rungu
·
Masa
Prenatal :
-
Salah satu dari orang tua penderita merupakan pembawa sifat
abnormal.
-
Ibu yang sedang mengandung mengalami sakit pada masa 3 bulan
pertama kehamilan, yaitu pada masa pembentukan ruang telinga.
-
Keracunan
obat-obatan.
·
Masa
Natal :
-
Kesulitan
pada saat melahirkan, sehingga harus dibantu oleh beberapa alat.
-
Kelahiran
prematur.
·
Masa
Perkembangan :
-
Ketulian
karena terjadinya infeksi, difteri, dan morbili.
-
Karena
kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya alat pendengaran bagian dalam.
c.
Tuna
Daksa
ü
Masa
Prenatal :
-
Anoxia
prenatal, disebabkan pemisahan bayi dari placenta, penyakit anemia, kondisi
jantung yang gawat, shock, percobaan abosrtus.
-
Gangguan
metabolisme pada ibu.
-
Kromosom,
gen yang tidak sempurna.
-
Pembelahan
sel telur, sperma yang kualitasnya buruk.
ü
Masa
Natal :
-
Kesulitan
saat persalinan karena letak bayi sungsang, atau pinggul ibu terlalu kecil.
-
Pendarahan
pada otak saat kelahiran.
-
Kelahiran
prematur.
-
Gangguan
pada placenta yang dapat mengurangi oksigen sehingga mengakibatkan terjadinya
anorexia.
ü
Masa
Perkembangan :
-
Faktor
penyakit ; meningitis, radang otak, diptheri, partusis dll
-
Faktor
kecelakaan.
-
Pertumbuhan
tubuh/tulang yang tidak sempurna.
2.
Penyandang
Cacat Mental :
a.
Tuna
Laras
v
Masa
Prenatal :
-
Disfungsi
kelenjar endokrin dapat mempengaruhi gangguan tingkah laku.
-
Berupa
kelainan atau kecacatan baik tubuh maupun sensoris yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang.
v
Masa
Natal : -
v
Masa
Perkembangan :
-
Setiap
memasuki perkembangan baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau
krisis emosi.
b.
Tuna
Grahita
Ø
Masa
Prenatal :
-
Infeksi
Rubella (cacar Jerman), Rubella telah menggantikan sifilis sebagai penyebab
utama tunagrahita yang disebabkan oleh infeksi maternal.
-
Penyakit
inklusi sitomegalik, anak-anak dengan tunagrahita dari penyakit ini seringkali memiliki klasifikasi serebral,
mikrosefali, atau hidrosefalus.
-
Sifilis,
sifilis pada wanita hamil dahulu merupakan penyebab utama berbagai perubahan
neuropatologis pada keturunannya, termasuk tuna grahita.
-
Toxoplasmosis,
dapat ditransmisikan dari ibu kepada janinnya.
-
Herpes
simpleks, dapat ditransmisikan transplasental, walaupun cara yang paling sering
adalah selama kelahiran.
-
Sindroma
AIDS, banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah cukup bulan karena terjadi
lahir mati dan abortus spontan.
-
Gejala
putus zat pada bayi adalah iritabilitas, hipertonia, tremor, muntah, tangisan
dengan nada tinggi, dan kelainan pola tidur.
Ø
Masa
Natal :
-
Disebabkan
oleh kejadian yang terjadi saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran,
sesak nafas (asphyxia), dan lahir prematur.
Ø
Masa
Perkembangan :
-
Penyakit-penyakit
akibat infeksi misalnya; meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problema
nutrisi (kekurangan gizi, misalnya kekurangan protein yang diderita bayi dan
awal masa kanak-kanak), cedera kepala yang disebabkan karena kendaraan bermotor
yang dapat menyebabkan kecacatan mental.
3.
Penyandang
Cacat Fisik dan Mental (Ganda) :
a.
Tuna
Ganda
§
Masa
Prenatal :
-
Ketidaknormalan
kromosom komplikasi-komplikasi pada anak dalam kandungan ketidakcocokan Rh
infeksi pada ibu yang
kekurangan
gizi pada saat sedang mengadung, serta terlalu banyak menkonsumsi obat dan alkohol.
§ Masa Natal :
- Kelahiran prematur dan kekurangan
oksigen
- Terdapat luka pada otak saat
kelahiran.
§ Masa Perkembangan :
- Kepala mengalami kecelakaan kendaraan
,jatuh ,dan mendapat pukulan atau siksaan.
- Anak tidak dirawat dangan baik,
keracunan makanan atau penyakit tertentu yang sama, sehingga
dapat berpengaruh tehadap otak (meningitis atau encephalities).
1.5
Dampak Masalah
Secara
umum permasalahan penyandang cacat dapat dibagi dalam dua katagori sbb :
1. Permasalahan yang berasal dari dalam
diri penyandang cacat itu sendiri, antara lain :
a. Kurangnya pemahaman akan diri sendiri
oleh penyandang cacat, sehingga tidak tahu apa potensi yang dimiliki dan
bagaimana cara mengembangkannya.
b. Merasa rendah diri (inferiority
complex) serta merasa mengalami kesialan karena kecacatannya, sehingga jarang
bergaul dengan orang-orang di sekelilingnya.
c. Terjadinya diskriminasi sosial serta
kurangnya minat untuk menuntut ilmu di jenjang pendidikan formal karena
kesulitannya untuk menyesuaikan diri dalam proses belajar-mengajar.
d. Keadaan ekonomi lemah karena tidak ada
sumber penghasilan menetap.
e. Keterasingan secara sosial, sehingga
mereka cenderung menarik diri, merasa rendah diri, dan terkadang menimbulkan
perilaku agresif dan implusive.
f. Mengalami keterlambatan dan
keterbatasan fungsi kecerdasan.
g. Secara emosi, individu yang mengalami
kecacatan akan lebih sensitif perasaanya. Sehingga, mudah tersinggung dan sering
meratapi kekurangannya.
2. Permasalahan yang berasal dari luar
diri penyandang cacat, antara lain :
a. Masyarakat, aparatur pemerintah dan
dunia usaha masih banyak yang belum memahami eksistensi penyandang cacat
sebagai potensi Sumber Daya Manusia sehingga diabaikan.
b. Stigma dalam masyarakat, memiliki anggota
keluarga cacat marupakan aib, memalukan, menurunkan harkat dan martabat
keluarga.
c. Pandangan masyarakat bahwa penyandang
cacat sama dengan orang sakit, perlu perlakuan khusus sehingga memperoleh
perlindungan berlebihan dan menimbulkan ketidakmandirian.
d. Perlakuan masyarakat diskriminatif
dalam berbagai hal termasuk dalam rekruitmen tenaga kerja.
e. Aksesibilitas penyandang cacat baik
aksesibilitas fisik maupun aksesibilitas non fisik yang tersedia sangat
terbatas.
1.6 Program Penanganan/ Pelayanan Sosial bagi
Penyandang Disabilitas
a)
Pelayanan
dan Rehabilitasi Berbasis Keluarga (Family
Based)
Suatu
sistem pelayanan menitik beratkan pada peran keluarga dengan mendayagunakan
secara optimal sumber dana, daya, prakarsa dan potensi keluarga untuk mendukung
meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang cacat.
b)
Pelayanan
dan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (Community-Based)
Suatu
sistem pelayanan yang bertumpu pada peran dan pemberdayaan masyarakat, tokoh
masyarakat, Organisasi Sosial, LSM, dan lainnya. Untuk membantu penyandang
cacat memenuhi kebutuhan dan haknya.
c)
Sistem
Pelayanan Berbasis Panti/ Institusi (Institutional-Based)
Suatu
sistem pelayanan bagi penyandang cacat dalam asrama/ suatu penampungan (panti)
dengan berbagai fasilitasnya, meliputi pemberian bimbingan fisik, mental,
sosial, intelektual, serta keterampilan.
1.7
Potensi dan Sistem Sumber
Sistem Sumber Informal : Sistem sumber informal atau alamiah
dapat berupa keluarga, teman, tetangga, maupun orang lain yang bersedia
membanru. Bantuan yang dapat diperoleh dari sumber alamiah adalah dukungan
emosional, kasih sayang, nasehat, informasi dan pelayanan-pelayanan lainnya.
Sistem Sumber Formal : Sistem sumber formal adalah
keanggotaannya didalam suatu organisasi atau asosiasi formal yang bertujuan
untuk meningkatkan minat anggota mereka. Seperti, memberikan kesempatan untuk
belajar di sekolah-sekolah khusus penyandang cacat, membantu menunjang
kebutuhan dalam pelayanan dan rehabilitasi, menyediakan fasilitas pelatihan
vokasoinal, bimbingan kerja sesuai dengan keterampilannya.
Sistem Kemasyarakatan : Sistem sumber kemasyarakatan dapat
berupa rumah sakit, badan-badan adopsi, panti-panti rehabilitasi sosial, program-program
pelatihan tenaga kerja, pelayanan-pelayanan sosial resmi, pusat-pusat perawatan
anak, penempatan-penempatan tenaga kerja, dan program-program tenaga kerja.
Serta pihak terkait dengan badan-badan pemerintah dan
pelayanan-pelayanan umum lainnya, seperti perpustakaan umum, kepolisian,
tempat-tempat rekreasi dan pelayanan perumahan.
1.8
Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan
Konsep
pemberdayaan yang diterapkan pada penyandang cacat disesuaikan dengan
kebutuhannya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk penanganan
terhadap Penyandang Cacat, yaitu :
1. Destigmatisasi
Pendekatan ini berusaha untuk tidak
memberikan stigma, dan bergiat untuk menghilangkan stigma yang diberikan kepada
penyandang cacat.
2. Deisolasi
pendekatan ini menghindari kegiatan
yang akan mengisolasi penyandang cacat dari lingkungnya. Sehingga mereka dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
3. Desensitifisasi
Pendekatan ini menitik beratkan untuk menghilangkan rasa
sensiti/ rendah diri atas kecacatan yang mereka derita.
4. Di sini dan saat ini (here and now)
Pendekatan ini menyesuaikan ruang dan
waktu, dimana dan kapan pelayan sosial dapat dilaksanakan, sehingga sesuai
dengan kebutuhan mereka.
5. Diversifikasi
Pendekatan ini mengupayakan untuk
meningkatkan mentalitas kemandirian penyandang cacat, sehingga mereka mampu
hidup dan mengembangkan potensi yang dimiliki serta menghindari ketergantungan
peran orang lain.
6. Dedramatisasi
Pendekatan ini mencoba untuk
meminimalisir bentuk hiperbola atas suatu masalah yang dialami oleh penyandang
cacat.
7. Mengembangkan Empati, bukan Simpati
Pendekatan ini mengkedepankan rasa simpati untuk membantu
para penyandang cacat untuk mengembangkan diri dan berdiri dalam kemandirian.
Bukan di jaga secara berlebihan yang justru semakin membatasi ruang gerak
mereka.
Pendekatan-pendekatan di
atas dirasa sangat cocok untuk diterapkan dalam proses pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat, karena sudah mencakup segala aspek
pola yang dibutuhkan untuk melaksanakan praktik kerja pelayanan dan
rehabilitasi.
bisa minta sumbernya?mksh
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya Siti Tilawatih, mahasiswa jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan Bandung. Mohon bantuannya untuk mengisi kuisioner dari Tugas Akhir saya yang berjudul Pelayanan Halte Bagi Penyandang Disabilitas Di Kota Bandung (Studi Kasus: Koridor Aktif Trans Metro Bandung) https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSewskEFBE_fXpxiaRg9sEmn7ha2MogsJ14j4v7O5jpK-m-NXA/viewform
BalasHapushalo, saya dewi mhsswi jurusan arsitektur univ atma jaya yogyakarta. oya mbak jika berkenan, saya bisa minta sumber2 mengenai artikel mbak? trimakasih :)
BalasHapus