Jumat, 05 April 2013

Body of Skills in Community Development


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Istilah yang banyak digunakan untuk menunjukan usaha memajukan kesatuan-kesatuan masyarakat dibeberapa negara yang sedang berkembang adalah Community Development yang di Indonesia sering diartikan dengan pengembangan masyarakat atau pembangunan masyarakat. PBB sejak tahun 1954 sudah banyak menggunakan istilah community development, sebagai penggunaan berbagai pendekatan dan teknik suatu program tertentu pada masyarakat. Program ini memberikan tekanan utama pada perbaikan kondisi kehidupan dasar dari warga masyarakat, termasuk didalamnya pemenuhan kebutuhan non material.
Pengembangan Masyarakat sebagai metoda yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Secara khusus Pengembangan Masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau mengalami keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnyanya, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan.
Pengembangan Masyarakat, sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, juga memungkinkan pemberi dan penerima pelayanan terlibat dalam proses perencanaan, pengawasan dan evaluasi. Pengembangan Masyarakat meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat mulai dari pelayanan preventif untuk anak-anak sampai pelayanan kuratif dan pengembangan untuk keluarga yang berpendapatan rendah. 
Community Development atau Pengembangan Masyarakat kini semakin populer sebagai salah satu pendekatan pembangunan yang berwawasan lokal, partisipatif dan edukatif. Secara akademis, Pengembangan Masyarakat dikenal sebagai salah satu metode pekerjaan sosial (social work methode) yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial.
Pengembangan masyarakat partisipatif tidak menempatkan masyarakat hanya sebagai obyek dari kegiatan pengembangan, tetapi memposisikan masyarakat sebagai subyek yang menentukan untuk mengembangkan dan memberdayakan dirinya. Pengembangan masyarakat paritisipatif merupakan disposisi dari era demokratisasi dan transparansi. Masyarakat terlibat dalam menentukan hajat hidup kedepannya.
Dalam perencanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada dewasa ini sudah banyak dikembangkan dengan model bottom up, ini berarti pelibatan masyaratat dari tingkat bawah menjadi tahapan awal dalam penyusunan suatu perencanaan pembangunan. Yang menjadi persoalan, apakah masyarakat ditingkat bawah telah berdaya untuk terlibat dalam perumusan perencanaan tersebut. Perencanaan partisipatif tersebut memiliki kekuatan : efektivitas (karena yang baik bagi masyarakat belum tentu yang dibutuhkan oleh masyarakat), kinerja (performance, outcome) nya bukan sekadar hasil seketika, terdapat social virtue (kearifan sosial), dan masyarakat terasumsikan akan paham hak-hak dan apa yang mereka butuhkan.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pendekatan Pekerjaan yang digunakan dalam Community Organizations/ Community Development (CO/ CD)
Pengembangan masyarakat sebagai salah satu model pendekatan pembangunan (bottoming up approach) merupakan upaya melibatkan peran aktif masyarakat beserta sumber daya lokal yang ada. Dan dalam pengembangan masyarakat hendaknya diperhatikan bahwa masyarakat punya tradisi, dan punya adat-istiadat, punya norma-norma tradisional yang masih dipatuhi, yang kemungkinan sebagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai potensi sosial dalam masyarakat tersebut.
Secara umum ada beberapa pendekatan dalam pengembangan masyarakat partisipatif, diantaranya adalah:
1.     Pendekatan potensi lingkungan, hal ini berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang ada pada masyarakat setempat.
2.     Pendekatan kewilayahan, hal ini berkaitan dengan pengembangan terhadap wilayah dalam arti kesesuaian dengan wilayahnya (desa/kota) terhadap hal yang akan dikembangkan, setiap wilayah/daerah tertentu memiliki kebutuhan tertentu pula.
3.     Pendekatan kondisi fisik, lebih pada kondisi fisik manusianya.
4.     Pendekatan ekonomi, hal ini berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat.
5.     Pendekatan politik.
6.     Pendekatan manajemen. Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan pendataan terhadap potensi, kekuatan dan kelemahan yang ada dalam masyarakat kemudian dilakukan dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, bugeting dan controlling. Model pendekatan ini sebenarnya dapat dilakukan dalam masyarakat yang bermacam-macam (pedesaan,perkotaan, marjinal, dan lain-lain).
7.     Pendekatan system. Pendekatan ini melibatkan semua unsur dalam masyarakat
2.2  Peran Pekerja Sosial dalam Community Organizations/ Community Development (CO/ CD)
Pekerja sosial memainkan berbagai peranan dalam praktiknya dengan masyarakat. Peranan tersebut yaitu :
a.    Peranan dan keterampilan fasilitasi, terdiri dari :
1).   Animasi sosial (social animation).
       Seorang pekerja sosial berperan sebagai animator, harus mampu mengilhami, menumbuhkan antusias, menstimulasi (merangsang), menggerakan dan memotivasi masyarakat untuk melakukan suatu aksi. Dalam hal ini bukan berarti pekerja sosial melakukan segalanya sendirian, namun lebih pada memungkinkan orang lain untuk menjadi aktif terlibat dalam kegiatan masyarakat.
2).   Mediasi dan Negosiasi (mediation and negotiation).
       Dalam masyarakat seringkali terjadi konflik diantara berbagai kepentingan yang melibatkan kekuatan dan kekuasaan. Untuk itupekerja sosial yang bekerja di masyarakat harus mampu menyelesaikan konflik yang terjadi dan membangun konsensus. Dalam hal ini pekerja sosial berperan sebagai mediator, yang harus mendengarkan, menampung dan memahami masing-masing pihak yang berkonflik secara netral.
3).   Pendukungan (support)
       Peranan pekerja sosial sebagai pendukung adalah menyediakan dukungan untuk masyarakat agar dapat terlibat dalam struktur dan aktivitas masyarakat. Untuk itu, diperlukan kemampuan memahami nilai-nilai masyarakat dan makna dari sumbangan anggota masyarakat, memberikan penguatan, dan siap sedia apabila masyarakat membutuhkan dan menjadi tempat bertanya yang baik bagi masyarakat.
4).   Membangun konsensus (building consensus)
       Pekerja sosial harus mampu membangun konsensus dankerjasama diantara berbagai kepentingan dalammasyarakat, yang seringkali menimbulkan konflik. Dalam halini pekerja sosial dituntut untuk dapat mengajak masyarakat untuk mementingkan tujuan bersama, mengganti kompetesi yang terjadi dengan konsensus yang lebih berarti dan struktur kerjasama yang baik.  Konsensus bukan berarti bahwa semua orang setuju terhadap segala hal karena adanya banyak perbedaan pandangan/pendapat, namun yang penting adalah konsensus dapat mewakili persetujuan bersama akan adanya aksi yang terbaik, yang diputuskan bersama.
5).   Memfasilitasi kelompok (group facilitation)
       Banyak waktu pekerja sosial dengan masyarakat  yang dialokasikan dalam kelompok dan keefektifan seorang pekerja sosial yang bekerja dengan masyarakat akan sangat tergantung pada bagaimana dia mampun mengoperasikan kelompok-kelompok kecil, dimana pekerja sosial akan terlibat di dalam kegiatan-kegiatan kelompok ,kepanitiaan, kelompok berencana, kelompok pelatihan, kelompok reaksional, kelompok bantu diri dan sebagainya. Pekerja sosial yang bekerja dalam masyarakat di sini berperan sebagai fasilitator dalam kelompok, baik secara formal sebagai pemimpin atau secara informal sebagai anggota kelompok. Pencapaian konsensus pun lebih mudah dicapai melalui kegiatan kelompok. Seorang pekerja sosial masyarakat harus mampu mengoperasikan kelompok secara efektif, dengan barbagai persyaratan keterampilan yang dimilikinya.
6).   Penggunaan keterampilan dan sumber (utilitsation of skills and resources)
       Mengindentifikasi dan menggunakan keterampilan dan sumber yang tersedia dalam masyarakat atau suatu kelompok. Seringkali banyak potensi dan sumber-sumber tersedia dalam masyarakat namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Dalam hal ini pekerja sosial membantu masyarakat untuk menemukan potensi yang  dimilikinya, baik berupa bahan mentah, keahlian, produk-produk, finansial, dan tenaga sukarela.
7).   Mengorganisir (organising)
       Peranan lain yang tak kalah penting adalah sebagai organiser, yaitu menjadi orang yang dapat membuat sesuatu dapat dilakukan. Pekerja sosial harus mampu melibatkan berbagai hal atau pihak untuk memungkinkan suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. Misalnya saja dimulai dari mempersiapkan tempat/aula untuk suatu pertemuan, mengundang wartawan, notulen pertemuan, persiapan makanan ringan untuk pertemuan, mengurus perijinan dan sebagainya, agar sebuah pertemuan dapat dilaksanakan dengan lancar tentu saja bukan berarti semuanya dilakukan sendirian, namun lebih menekankan adanya pembagian tugas dengan anggota masyarakat untuk berperan serta dalam melaksanakan suatu kegiatan tertentu.
8).   Komunikasi personal (personal communication)
       Seorang pekerja sosial masyarakat harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, baik berbicara denga orang lain, membuat suatu pembicaraan, menyimpulkan pembicaraan, menciptakan sauasana yang nyaman, membuat suatu pembicaraan terfokus, mendengarkan dengan baik, mengajukan pertanyaan, membuat pernyataan dan sebagainya.

b.    Peranan dan Keterampilan Edukasional, terdiri dari :
1).   Meningkatkan kesadaran (consiousness raising)
       Pekerja sosial harus mampu  secara aktif di dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Masyarakat harus mampu melaksanakan pengembangan di atas kaki dan kemampuan mereka sendiri,dan pekerja sosial harus dapat mencapai kondisi tersebut.
2).   Memberikan Informasi (informing)
       Pekerja sosial masyarakat harus memiliki informasi yang bermanfaat, berkaitan dengan indikator sosial, struktur usia, angka kenakalan remaja, distribusi pendapatan, suku asli dan sebagainya yang semuanya bermanfaat untuk membuat profil dari suatu masyarakat. Kemudian dia harus dapat menyampaikan informasi tersebut dalam bentuk yang tepat, dan menjadikan masyarakat  mampu pula memperoleh informasi tersebut.
3).   Konfrontasi (confronting)
       Kadangkala perlu juga bagi seorang pekerja sosial masyarakat untuk konfrontasi dengan suatu masyarakat  atau kelompok  masyarakat, namun tentu saja tidak dilakukan dengan cara keras. Pekerja sosial harus memiliki kemampuan untuk melakukan hal ini.
4).   Pelatihan (training)
       Pelatihan merupakan peranan yang sangat spesifik, dimana seorang pekerja sosial masyarakat mengajari masyarakat bagaimana melakukan sesuatu. Mungkin saja, peksos tidak harus menjadi pelatih, namun bagaimana menemukan orang yang tepat untuk menjadi pelatih. Dalam hal ini peksos membantu masyarakat untuk dapat menyelenggarakan suatu pelatihan yang efektif.

c.    Peranan dan Keterampilan Perwakilan, terdiri dari :
1).   Memperoleh sumber-sumber (obtaining resources)
       Sumber dapat berupa informasi, finansial,keterampilan dan keahlian yang perlu untuk diolah dan dimanfaatkan dengan baik. Seorang peksos masyarakat harus sensitif untuk mengenali dan menemukan sumber-sumber yang tersedia di dalam atau di luar masyarakat namun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan pengembangan masyarakat.
2).   Advokasi (advocacy)
Peksos harus dapat melakukan upaya pembelaan, baik atas nama individu atau kelompok di dalam masyarakat atau  masyarakat. Hal ini berkaitan dengan  masalah sistem legal, dimana peksos membela kepentingan klien, terutama klien yang mengalami penganiayaan atau penindasan oleh orang atau pihak lain.
3).   Penggunaan media (using media)
Peksos harus mampu menggunakan berbagai media (dapat berupa kampanye, penyuluhan, pertemuan, atau media jurnalistik) untuk kepentingan kegiatan pengembangan masyarakat dengan cara yang tepat dan penuh pertimbangan.
4).   Hubungan publik (public relations)
Dalam hal ini peksos masyarakat harus mampu mencari publikasi, agar masyarakat menjadi lebih bersemangat dalam melaksanakan kegiatannya serta diperoleh pengakuan yang diharapkan dari pihak luar.
5).   Jejaring (networking)
Peksos harus mampu mengajak secara aktif anggota masyarakat untukdapat membentuk jaringan dan menjalin hubungan dengan pihak lain untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Hubungan dengan masyarakat yang lebih luas perlu dikembangkan agar dapat mencapai hasil yang lebih maksimal. Siapa atau pihak mana yang perlu digapai atau bagaimana caranya, menjadi pertimbangan yang sangat penting.
6).   Membagi pengetahuan dan pengalaman (sharing knowledge and experience).
Peksos masyarakat selalu belajar dari apa yang dilakukan dan dari pekerjaannya. Dia bukanlah seseorang yang tahu segalanya. Untuk itu berbagi pengetahuan dan pengalaman antara satu dengan yang lainnya sangat diperlukan. Kegiatan ini harus pula dikembangkan dalam masyarakat agar masing-masing memiliki semangat untuk saling belajar, menerima dan memberi, baik dilakukan secara formal maupun informal.

d.    Peranan dan Keterampilan Teknis, terdiri dari :
1).   Penelitian (research)
Peksos masyarakat harus dapat melakukan kegiatan penelitian dengan menggunakan metodelogi yang tepat dan benar. Kegiatan penelitian yang dimulai dari mendisain dan melakukan survey, menggunakan dan menganalisis data sensur, mengumpulkan data dan menganalisisnya, serta melakukan penulisan laporan hasil penelitian sesuai permintaan dari berbagai pihak.
2).   Penggunaan komputer (using computer)
Komputer saat ini bukanlah hal yang asing, namun telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Perkembangan model dan jenis program sudah sangat maju, sehingga menuntut peksos untuk mengenali dan mengikuti tren penggunaannya. Peksos harus dapat mengaplikasikan berbagai program komputer untuk kepentingan pekerjaannya.

3).   Presentasi verbal dan tertulis (verbal and written presentation)
Peranan dan keterampilan ini meliputi :
a)       Manajemen (management)
Pada saat masyarakat harus melakukan dan bertanggung jawab atas suatu proyek, manajemen menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Mengetahui bagaimana melakukan prinsip-prinsip dalam manajemen sangat diperlukan. Oleh karena itu, peksos masyarakat harus mengetahui tentang manajemen yang baik agar dapat membantu masyarakat untuk melakukan kegiatannya, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek, baik yang berasal dari pemerintah maupun non pemerintah.
b)       Kontrol keuangan (financial control)
Peksos harus juga memiliki pengetahuan tentang menyimpan dokumen pelaporan keuangan, akuntabilitas pengeluaran keuangan dan kontrol keuangan, yang dapat ditransformasikan kepada masyarakat dalam melaksanakan kegiatannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar