BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Istilah yang banyak digunakan untuk
menunjukan usaha memajukan kesatuan-kesatuan masyarakat dibeberapa negara yang
sedang berkembang adalah Community
Development yang di Indonesia sering diartikan dengan pengembangan masyarakat
atau pembangunan masyarakat. PBB sejak tahun 1954 sudah banyak menggunakan
istilah community development,
sebagai penggunaan berbagai pendekatan dan teknik suatu program tertentu pada
masyarakat. Program ini memberikan tekanan utama pada perbaikan kondisi
kehidupan dasar dari warga masyarakat, termasuk didalamnya pemenuhan kebutuhan
non material.
Pengembangan Masyarakat sebagai metoda
yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu
memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Secara
khusus Pengembangan Masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan
orang-orang yang tidak beruntung atau mengalami keterbatasan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnyanya, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh
diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan
kecacatan.
Pengembangan Masyarakat, sebagai sebuah
metode pekerjaan sosial, juga memungkinkan pemberi dan penerima pelayanan
terlibat dalam proses perencanaan, pengawasan dan evaluasi. Pengembangan
Masyarakat meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat mulai
dari pelayanan preventif untuk anak-anak sampai pelayanan kuratif dan
pengembangan untuk keluarga yang berpendapatan rendah.
Community
Development atau Pengembangan Masyarakat kini
semakin populer sebagai salah satu pendekatan pembangunan yang berwawasan
lokal, partisipatif dan edukatif. Secara akademis, Pengembangan Masyarakat
dikenal sebagai salah satu metode pekerjaan sosial (social work methode) yang tujuan utamanya untuk memperbaiki
kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada
mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial.
Pengembangan masyarakat partisipatif
tidak menempatkan masyarakat hanya sebagai obyek dari kegiatan pengembangan,
tetapi memposisikan masyarakat sebagai subyek yang menentukan untuk
mengembangkan dan memberdayakan dirinya. Pengembangan masyarakat paritisipatif
merupakan disposisi dari era demokratisasi dan transparansi. Masyarakat terlibat
dalam menentukan hajat hidup kedepannya.
Dalam perencanaan pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada dewasa ini sudah banyak dikembangkan
dengan model bottom up, ini berarti
pelibatan masyaratat dari tingkat bawah menjadi tahapan awal dalam penyusunan
suatu perencanaan pembangunan. Yang menjadi persoalan, apakah masyarakat
ditingkat bawah telah berdaya untuk terlibat dalam perumusan perencanaan
tersebut. Perencanaan partisipatif tersebut memiliki kekuatan : efektivitas
(karena yang baik bagi masyarakat belum tentu yang dibutuhkan oleh masyarakat),
kinerja (performance, outcome) nya
bukan sekadar hasil seketika, terdapat social
virtue (kearifan sosial), dan masyarakat terasumsikan akan paham hak-hak
dan apa yang mereka butuhkan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Pekerjaan yang digunakan dalam Community Organizations/ Community
Development (CO/ CD)
Pengembangan masyarakat sebagai salah
satu model pendekatan pembangunan (bottoming
up approach) merupakan upaya melibatkan peran aktif masyarakat beserta
sumber daya lokal yang ada. Dan dalam pengembangan masyarakat hendaknya
diperhatikan bahwa masyarakat punya tradisi, dan punya adat-istiadat, punya
norma-norma tradisional yang masih dipatuhi, yang kemungkinan sebagai potensi
yang dapat dikembangkan sebagai potensi sosial dalam masyarakat tersebut.
Secara umum ada beberapa pendekatan
dalam pengembangan masyarakat partisipatif, diantaranya adalah:
1. Pendekatan potensi lingkungan, hal
ini berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang ada pada masyarakat setempat.
2. Pendekatan kewilayahan, hal ini
berkaitan dengan pengembangan terhadap wilayah dalam arti kesesuaian dengan
wilayahnya (desa/kota) terhadap hal yang akan dikembangkan, setiap
wilayah/daerah tertentu memiliki kebutuhan tertentu pula.
3. Pendekatan kondisi fisik, lebih pada
kondisi fisik manusianya.
4. Pendekatan ekonomi, hal ini
berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat.
5. Pendekatan politik.
6. Pendekatan manajemen. Pendekatan ini
dilakukan dengan melakukan pendataan terhadap potensi, kekuatan dan kelemahan
yang ada dalam masyarakat kemudian dilakukan dengan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, bugeting dan controlling. Model pendekatan ini
sebenarnya dapat dilakukan dalam masyarakat yang bermacam-macam
(pedesaan,perkotaan, marjinal, dan lain-lain).
7. Pendekatan system. Pendekatan ini
melibatkan semua unsur dalam masyarakat
2.2 Peran Pekerja Sosial dalam Community Organizations/ Community Development
(CO/ CD)
Pekerja sosial memainkan berbagai peranan dalam
praktiknya dengan masyarakat. Peranan tersebut yaitu :
a. Peranan dan keterampilan fasilitasi, terdiri dari :
1).
Animasi sosial (social animation).
Seorang pekerja
sosial berperan sebagai animator, harus mampu mengilhami, menumbuhkan
antusias, menstimulasi (merangsang), menggerakan dan memotivasi masyarakat
untuk melakukan suatu aksi. Dalam hal ini bukan berarti pekerja sosial
melakukan segalanya sendirian, namun lebih pada memungkinkan orang lain untuk
menjadi aktif terlibat dalam kegiatan masyarakat.
2). Mediasi dan Negosiasi (mediation
and negotiation).
Dalam masyarakat seringkali terjadi
konflik diantara berbagai kepentingan yang melibatkan kekuatan dan kekuasaan.
Untuk itupekerja sosial yang bekerja di masyarakat harus mampu menyelesaikan
konflik yang terjadi dan membangun konsensus. Dalam hal ini pekerja sosial
berperan sebagai mediator, yang harus mendengarkan, menampung dan memahami
masing-masing pihak yang berkonflik secara netral.
3).
Pendukungan (support)
Peranan pekerja sosial sebagai pendukung
adalah menyediakan dukungan untuk masyarakat agar dapat terlibat dalam struktur
dan aktivitas masyarakat. Untuk itu, diperlukan kemampuan memahami nilai-nilai
masyarakat dan makna dari sumbangan anggota masyarakat, memberikan penguatan,
dan siap sedia apabila masyarakat membutuhkan dan menjadi tempat bertanya yang
baik bagi masyarakat.
4).
Membangun konsensus (building consensus)
Pekerja sosial harus mampu membangun
konsensus dankerjasama diantara berbagai kepentingan dalammasyarakat, yang
seringkali menimbulkan konflik. Dalam halini pekerja sosial dituntut untuk
dapat mengajak masyarakat untuk mementingkan tujuan bersama, mengganti kompetesi
yang terjadi dengan konsensus yang lebih berarti dan struktur kerjasama yang
baik. Konsensus bukan berarti bahwa semua orang setuju terhadap segala
hal karena adanya banyak perbedaan pandangan/pendapat, namun yang penting
adalah konsensus dapat mewakili persetujuan bersama akan adanya aksi yang
terbaik, yang diputuskan bersama.
5).
Memfasilitasi kelompok (group facilitation)
Banyak waktu pekerja sosial dengan
masyarakat yang dialokasikan dalam kelompok dan keefektifan seorang
pekerja sosial yang bekerja dengan masyarakat akan sangat tergantung pada
bagaimana dia mampun mengoperasikan kelompok-kelompok kecil, dimana pekerja
sosial akan terlibat di dalam kegiatan-kegiatan kelompok ,kepanitiaan, kelompok
berencana, kelompok pelatihan, kelompok reaksional, kelompok bantu diri dan
sebagainya. Pekerja sosial yang bekerja dalam masyarakat di sini berperan
sebagai fasilitator dalam kelompok, baik secara formal sebagai pemimpin atau
secara informal sebagai anggota kelompok. Pencapaian konsensus pun lebih mudah
dicapai melalui kegiatan kelompok. Seorang pekerja sosial masyarakat harus
mampu mengoperasikan kelompok secara efektif, dengan barbagai persyaratan
keterampilan yang dimilikinya.
6).
Penggunaan keterampilan dan sumber (utilitsation of skills and resources)
Mengindentifikasi dan menggunakan
keterampilan dan sumber yang tersedia dalam masyarakat atau suatu kelompok.
Seringkali banyak potensi dan sumber-sumber tersedia dalam masyarakat namun
belum dimanfaatkan secara maksimal. Dalam hal ini pekerja sosial membantu
masyarakat untuk menemukan potensi yang dimilikinya, baik berupa bahan
mentah, keahlian, produk-produk, finansial, dan tenaga sukarela.
7).
Mengorganisir (organising)
Peranan lain yang tak kalah penting
adalah sebagai organiser, yaitu menjadi orang yang dapat membuat sesuatu dapat
dilakukan. Pekerja sosial harus mampu melibatkan berbagai hal atau pihak untuk
memungkinkan suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. Misalnya saja
dimulai dari mempersiapkan tempat/aula untuk suatu pertemuan, mengundang
wartawan, notulen pertemuan, persiapan makanan ringan untuk pertemuan, mengurus
perijinan dan sebagainya, agar sebuah pertemuan dapat dilaksanakan dengan
lancar tentu saja bukan berarti semuanya dilakukan sendirian, namun lebih
menekankan adanya pembagian tugas dengan anggota masyarakat untuk berperan
serta dalam melaksanakan suatu kegiatan tertentu.
8). Komunikasi
personal (personal communication)
Seorang pekerja sosial masyarakat harus
memiliki kemampuan komunikasi yang baik, baik berbicara denga orang lain,
membuat suatu pembicaraan, menyimpulkan pembicaraan, menciptakan sauasana yang
nyaman, membuat suatu pembicaraan terfokus, mendengarkan dengan baik,
mengajukan pertanyaan, membuat pernyataan dan sebagainya.
b.
Peranan dan Keterampilan Edukasional, terdiri dari :
1). Meningkatkan kesadaran (consiousness
raising)
Pekerja
sosial harus mampu secara aktif di dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan. Masyarakat harus mampu melaksanakan pengembangan di atas kaki
dan kemampuan mereka sendiri,dan pekerja sosial harus dapat mencapai kondisi
tersebut.
2). Memberikan Informasi (informing)
Pekerja
sosial masyarakat harus memiliki informasi yang bermanfaat, berkaitan dengan
indikator sosial, struktur usia, angka kenakalan remaja, distribusi pendapatan,
suku asli dan sebagainya yang semuanya bermanfaat untuk membuat profil dari
suatu masyarakat. Kemudian dia harus dapat menyampaikan informasi tersebut
dalam bentuk yang tepat, dan menjadikan masyarakat mampu pula memperoleh
informasi tersebut.
3). Konfrontasi (confronting)
Kadangkala
perlu juga bagi seorang pekerja sosial masyarakat untuk konfrontasi dengan
suatu masyarakat atau kelompok masyarakat, namun tentu saja tidak
dilakukan dengan cara keras. Pekerja sosial harus memiliki kemampuan untuk
melakukan hal ini.
4). Pelatihan (training)
Pelatihan
merupakan peranan yang sangat spesifik, dimana seorang pekerja sosial
masyarakat mengajari masyarakat bagaimana melakukan sesuatu. Mungkin saja,
peksos tidak harus menjadi pelatih, namun bagaimana menemukan orang yang tepat
untuk menjadi pelatih. Dalam hal ini peksos membantu masyarakat untuk dapat
menyelenggarakan suatu pelatihan yang efektif.
c.
Peranan dan Keterampilan Perwakilan, terdiri dari :
1). Memperoleh sumber-sumber (obtaining resources)
Sumber dapat berupa informasi,
finansial,keterampilan dan keahlian yang perlu untuk diolah dan dimanfaatkan
dengan baik. Seorang peksos masyarakat harus sensitif untuk mengenali dan menemukan
sumber-sumber yang tersedia di dalam atau di luar masyarakat namun dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan pengembangan masyarakat.
2). Advokasi (advocacy)
Peksos harus dapat melakukan upaya pembelaan, baik
atas nama individu atau kelompok di dalam masyarakat atau
masyarakat. Hal ini berkaitan dengan masalah sistem legal, dimana peksos
membela kepentingan klien, terutama klien yang mengalami penganiayaan atau
penindasan oleh orang atau pihak lain.
3). Penggunaan media (using media)
Peksos
harus mampu menggunakan berbagai media (dapat berupa kampanye, penyuluhan,
pertemuan, atau media jurnalistik) untuk kepentingan kegiatan pengembangan
masyarakat dengan cara yang tepat dan penuh pertimbangan.
4). Hubungan publik (public relations)
Dalam hal ini
peksos masyarakat harus mampu mencari publikasi, agar masyarakat menjadi lebih
bersemangat dalam melaksanakan kegiatannya serta diperoleh pengakuan yang
diharapkan dari pihak luar.
5). Jejaring (networking)
Peksos harus
mampu mengajak secara aktif anggota masyarakat untukdapat membentuk jaringan
dan menjalin hubungan dengan pihak lain untuk kepentingan masyarakat itu
sendiri. Hubungan dengan masyarakat yang lebih luas perlu dikembangkan agar
dapat mencapai hasil yang lebih maksimal. Siapa atau pihak mana yang perlu
digapai atau bagaimana caranya, menjadi pertimbangan yang sangat penting.
6). Membagi pengetahuan dan pengalaman (sharing knowledge and
experience).
Peksos masyarakat selalu belajar dari apa yang
dilakukan dan dari pekerjaannya. Dia bukanlah seseorang yang tahu segalanya.
Untuk itu berbagi pengetahuan dan pengalaman antara satu dengan yang lainnya
sangat diperlukan. Kegiatan ini harus pula dikembangkan dalam masyarakat agar
masing-masing memiliki semangat untuk saling belajar, menerima dan memberi,
baik dilakukan secara formal maupun informal.
d. Peranan dan
Keterampilan Teknis, terdiri
dari :
1).
Penelitian (research)
Peksos masyarakat harus dapat
melakukan kegiatan penelitian dengan menggunakan metodelogi yang tepat dan
benar. Kegiatan penelitian yang dimulai dari mendisain dan melakukan survey,
menggunakan dan menganalisis data sensur, mengumpulkan data dan
menganalisisnya, serta melakukan penulisan laporan hasil penelitian sesuai
permintaan dari berbagai pihak.
2). Penggunaan komputer (using computer)
Komputer saat
ini bukanlah hal yang asing, namun telah menjadi bagian dari kehidupan kita.
Perkembangan model dan jenis program sudah sangat maju, sehingga menuntut
peksos untuk mengenali dan mengikuti tren penggunaannya. Peksos harus dapat
mengaplikasikan berbagai program komputer untuk kepentingan pekerjaannya.
3). Presentasi verbal dan
tertulis (verbal and written presentation)
Peranan dan
keterampilan ini meliputi :
a) Manajemen (management)
Pada saat masyarakat
harus melakukan dan bertanggung jawab atas suatu proyek, manajemen menjadi hal
yang tidak dapat dihindari. Mengetahui bagaimana melakukan prinsip-prinsip
dalam manajemen sangat diperlukan. Oleh karena itu, peksos masyarakat harus
mengetahui tentang manajemen yang baik agar dapat membantu masyarakat untuk
melakukan kegiatannya, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek, baik
yang berasal dari pemerintah maupun non pemerintah.
b) Kontrol
keuangan (financial control)
Peksos harus juga memiliki pengetahuan
tentang menyimpan dokumen pelaporan keuangan, akuntabilitas pengeluaran
keuangan dan kontrol keuangan, yang dapat ditransformasikan kepada masyarakat
dalam melaksanakan kegiatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar