Jumat, 05 April 2013

Body of Knowledge in Community Development


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ada berbagai istilah berkenaan dengan konsep Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (PPM). PPM dikenal dengan istilah Community Organization or Community Development (Gilbert and Specht, 1981). PPM juga merupakan metode pekerjaan sosial dengan masyarakat (Skidmore, 1982; Zastrow, 1982), spesialisasi atau setting praktek pekerjaan sosial (Johnson, 1984), Community Social Work (Taylor & Roberts, 1985), Bimbingan Sosial Masyarakat (Soetarso, 1991), Community Work (Twelvetress, 1993), Social Work Marco Prcatice (Netting, Kettner, McMurtry, 2001), atau Community Development (Ife, 2002).

Di Indonesia, CO/CD disebut juga dengan Pengembangan Masyarakat. Pengembangan Masyarakat (PM) adalah proses membantu orang-orang biasa agar dapat memperbaiki masyarakatnya melalui tindakan-tindakan kolektif (Twelvetrees, 1991:1). Secara akademis, PM dikenal sebagai salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial (Suharto, 1997:292). Menurut Johnson (1984), PM merupakan spesialisasi atau setting praktek pekerjaan sosial yang bersifat makro (macro practice). 

Pengembangan Masyarakat secara umum meliputi perencanaan, pengkoordinasian dan pengembangan berbagai aktivitas pembuatan program atau proyek kemasyarakatan. Sebagai suatu kegiatan kolektif, PM melibatkan beberapa aktor, seperti Pekerja Sosial, masyarakat setempat, lembaga donor serta instansi terkait, yang saling berkerjasama mulai dari perancangan, pelaksanaan, sampai evaluasi terhadap program atau proyek tersebut (Suharto, 1997: 292-293).
Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri, Pengembangan Masyarakat sangat memperhatikan pentingnya partisipasi sosial dan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks ini, dan bahkan dalam hampir semua praktek pekerjaan sosial, peranan seorang community worker seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah (problem solver) secara langsung.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1       Apa yang dimaksud dengan body knowledge?
1.2.2       Apa itu knowledge intervention macro atau pengetahuan intervensi makro di dalam community development / community organisation?

1.3  Tujuan Penulisan Makalah

1.3.1       Mengetahui apa itu pengertian intervensi makro?
1.3.2       Mengetahui pendekatan intervensi makro?
1.3.3       Mengetahui apa itu pengetahuan intervensi makro di dalam community development / community organization

1.4  Metode Pengumpulan Data

Penyusunan sebuah karya tulis sekecil apapun bentuknya tentu membutuhkan data sebagai sumber untuk memaparkan temanya dalam karya tulis tersebut. Dalam kajian ini data yang dibutuhkan diperoleh dengan menggunakan teknik kajian pustaka, yaitu suatu teknik untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber-sumber pustaka, seperti buku,  literature, sumber lainnya. Penulispun menambah data dengan mengakses internet.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian

2.1.1       Pengertian Pengetahuan / Knowledge

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.

2.1.2       Pengertian Intervensi Makro

Intervensi makro merupakan salah satu metode Perubahan Sosial Terencana termasuk didalamnya Pengembangan Masyarakat. Intervensi makro biasa dikenal dengan High Level Macro Intervention contoh yaitu seperti masyarakat luas, pengembangan kebijakan sosial, perundang-undangan sosial.

2.2  Dimensi Makro dalam Pembangunan

Menurut Spicker (1995:3) menggambarkan sekurang-kurangnya ada lima aspek utama yang harus diperhatikan dan dikenal dengan nama “big five,” yaitu :
1.      Kesehatan
2.      Pendidikan
3.      Perumahan
4.      Jaminan Sosial
5.      Pekerjaan Sosial

Menurut Zastrow (1996:4) mengemukakan aspek rekreasional bahwa salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat di luar dari berbagai aspek diatas. Sekurang-kurangnya ada sembilan aspek (indikator besar) yang perlu diperhatikan oleh pembuat kebijakan kesejahteraan sosial (social welfare policy member), yaitu:
1.      Aspek Fisik
2.       Aspek Perumahan
3.      Aspek Pendidikan
4.      Aspek Kesehatan
5.      Aspek Ketenagakerjaan
6.      Aspek Ekonomi Masyarakat
7.      Aspek Jaminan Sosial
8.      Aspek Rekreasional
9.   Aspek Pekerjaan Sosial (terkait di  dalamnya adalah pembahasan tentang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)).

Selain aspek di atas, dalam proses pembangunan baik yang terjadi didunia Internasional maupun di Indonesia, pada dasarnya dipengaruhi oleh sekurang-kurangnya dua dimensi. Dimensi pertama adalah dimensi maro yang mneggambarkan bagaiman institusi negara melalui kebijakan dan peraturan yang dibuatnya memengaruhi proses perubahan di suatu masyarakat. Dimensi yang kedua adalah dimensi mikro, dimana individu, keluarga, dan kelompok kecil dalam masyarakat memengaruhi proses pembangunan itu sendiri.

2.3  Strategi Intervesi

1. Pendekatan Direktif (Instruktif)

Pendekatan direktif yaitu Pendekatan yang dilakukan melalui tekanan atau pemaksaan ( langsung & kekuatan ), Masyarakat dilihat sebagai objek dan Interaksi bersifat instruktif.
a.     Kelebihan :
a)     Perubahan Perilaku Cepat
b)     Efisien & Efektif
c)     Mudah
b.     Kelemahan :
a)     Perubahan Perilaku bersifat Semu
b)     Perubahan Perilaku karena Keterpaksaan
c)     Temporer & Tidak Permanen


2. Pendekatan Non Direktif (Partisipatif)

Pendekatan non direktif yaitu Pendekatan yang dilakukan secara humanistik atau tanpa tekanan, Masyarakat dilihat sebagai subjek, Interaksi bersifat partisipatif, dan Pemrakarsa kegiatan adalah masyarakat.
a.     Kelebihan :
a)     Perubahan Perilaku Permanen
b)     Perubahan Perilaku terjadi secara Sukarela
c)     Alternatif tindakan beragam
b.     Kelemahan :
a)     Tidak Efisien dan Sulit
b)     Lambat terjadi perubahan perilaku

2.4  Peran Community Worker
Para Community Development Worker berperan sentral memberikan kemampuannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal ini akan menimbulkan intervensi struktural dan proses untuk memperlancar akses, mengendalikan sumber daya dan mengembangkan pola pikir orang-orang tersebut untuk membantu mereka lebih berdaya dan mampu.
2.4.1 Tugas
a.     Melakukan survey isu di masyarakat, kebutuhan dan permasalahan,
b.     Menyiapkan kebijakan (proposal) yang berbasis pada masyarakat,
c.      Mengembangkan dan memelihara sumber-sumber daya masyarakat,
d.     Mengembangkan cara untuk memperoleh sumber daya external dan akses pada pengambil keputusan,
e.     Mengembangkan dan mengevaluasi program yang sudah ada, Menerjemahkan dan menjalankan kebijakan yang ada,
f.       Mengembangkan dan memelihara demoratisasi di masyarakat dan pendekatan partisipatif dalam pengambilan keputusan,
g.     Mewakili, melakukan advokasi, negosiasi dan mediasi terhadap masyarakat dengan lembaga-lembaga terkait
h.     Menjaga hubungan kerjasama dengan kelompok lain
i.       Mentransfer kemampuan dan pengetahuan pada masyarakat 
j.       Memberikan pendidikan tentang hak dan kewajiban terhadap masyarakat
k.      Menyebarluaskan informasi melalui media yang ada (tulis, audio visual, video dsb.)
l.       Melakukan tugas-tugas administrasi yang berhubungan dengan proyek komunitas, seperti melakukan lobi, menyiapkan proposal dana, laporan kegiatan dan laporan keuangan
m.    Membantu hubungan antara anggota masyarakat dengan institusi lain (pemerintah, LSM, donor dsb.)
n.     Mengembangkan kampanye masyarakat

2.4.2       Kemampuan
Untuk dapat melakukan tugas tersebut setidaknya seorang Community Development Worker harus dapat:

a.     bekerja dengan masyarakat dan untuk masyarakat secara kreatif, reflektif dan fleksibel
b.     menyalurkan ilmu dan pengalaman kepada masyarakat
c.      mengetahui kemampuan dan pengalaman orang lain
d.     berpikir strategis
e.     berkomitmen tinggi bahwa harapan masih ada untuk merubah keadaan mereka yang kurang beruntung
f.       memfasilitasi kelompok masyarakat yang tidak berdaya
g.     sensitif terhadap dilema dan kontradiksi pendekatan Community
h.     Development dan bagaimana masyarakat menggunakan ilmu dan kemampuannya
      2.4.3 Pengetahuan
Sangatlah penting bagi Community Development Worker untuk menguasai pengetahuan umum tentang ekonomi, sosial, budaya dan politik di lingkungan mereka bekerja. Termasuk menguasai:
a.     Ilmu sosial, politik dan ekonomi yang relevan
b.     Fungsi dari pelayanan sosial kemasyarakatan oleh pemerintah dan organisasi swasta
c.      Fungsi Community Development bagi masyarakat
d.     Sistem perdagangan dan industri yang terkait dengan pekerjaan mereka
e.     Struktur Organisasi, proses dan bentuk pengambilan keputusan di sektor pemerintahan dan NGO (Non Government Organization)
f.       Bagaimana kebijakan sosial dikembangkan dan dilaksanakan
g.     Bagaimana Community Development beroperasi serta tantangannya
h.     Metodologi riset
i.       Sejarah Community Development
2.4.4 Keahlian
a.     Keahlian Fasilitasi: keahlian untuk melakukan cara-cara berbeda membantu masyarakat mengidentifikasi, mengembangkan dan memenuhi kebutuhannya. Keahlian spesifik lainnya adalah mengembangkan sumber daya, negosiasi, representasi, advokasi, lobi, delegasi dan menulis proposal
b.     Keahlian Berorganisasi: keahlian untuk mengatur, mengembangkan dan memelihara sistem informasi, struktur komite dan proses rapat, skala prioritas, menjalankan tugas yang diberikan, mengembangkan kebijakan, jadwal kerja dan mengatur keuangan
c.      Keahlian Strategi: menetapkan tujuan, mengembangkan strategi dan mengevaluasi progress
d.     Keahlian Berkomunikasi: mendengar dan merespon dengan efektif, mengumpulkan berbagai aspirasi dan ide, mempresentasikan points of view
e.     Keahlian Networking: memelihara dan mengembangkan hubungan kerjasama dan silaturahmi dengan pihak lain, membentuk aliansi sesama kelompok kepentingan
f.       Keahlian Riset: keahlian mendapatkan informasi, membuktikan keabsahan informasi tersebut dan mengevaluasi program.

2.4.5 Contoh-contoh Peran Community Development Worker
a.     Seorang Community Development Worker diharapkan mampu menyiapkan segala informasi kepada masyarakat tentang spesifik topik, misal bagaimana mendapatkan perawatan darurat rumah sakit. Dia juga harus mampu mengumpulkan data dan mempresentasikannya dengan cara yang sederhana namun menarik. Dia harus memastikan bahwa bahasa yang disampaikan mampu dimengerti oleh masyarakat
b.     Seorang Community Development Worker yang bekerja pada organisasi kebudayaan diharapkan mampu menjalin relasi untuk melobi politisi tentang isu terkait di masyarkat. Semisal isu imigrasi.
c.      Seorang Community Development Worker yang bekerja pada Pemerintah Daerah untuk menciptakan lapangan kerja dalam hal ini harus memiliki keahlian riset, organisasi dan networking, begitu juga memiliki pengetahuan bisnis ekonomi skala kecil dan manajemen keuangan
d.     Para Community Development Worker yang bekerja dengan pengungsi kemanusiaan harus dapat menyiapkan proposal dana untuk membangun tempat layak tinggal bagi pengungsi. Oleh karenanya mereka harus paham tata cara membuat proposal dana.   

2.5     Peran-Peran Edukasional

1.     Membangkitkan Kesadaran Masyarakat (consiousness raising)
Pekerja sosial harus mampu  secara aktif di dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Masyarakat harus mampu melaksanakan pengembangan di atas kaki dan kemampuan mereka sendiri,dan pekerja sosial harus dapat mencapai kondisi tersebut.

2.     Menyampaikan Informasi (informing)
Pekerja sosial masyarakat harus memiliki informasi yang bermanfaat, berkaitan dengan indikator sosial, struktur usia, angka kenakalan remaja, distribusi pendapatan, suku asli dan sebagainya yang semuanya bermanfaat untuk membuat profil dari suatu masyarakat. Kemudian dia harus dapat menyampaikan informasi tersebut dalam bentuk yang tepat, dan menjadikan masyarakat  mampu pula memperoleh informasi tersebut.

3.     Mengkonfrontasikan (confronting)
Kadangkala perlu juga bagi seorang pekerja sosial masyarakat untuk konfrontasi dengan suatu masyarakat  atau kelompok  masyarakat, namun tentu saja tidak dilakukan dengan cara keras. Pekerja sosial harus memiliki kemampuan untuk melakukan hal ini.

4.     Pelatihan (training)
Pelatihan merupakan peranan yang sangat spesifik, dimana seorang pekerja sosial masyarakat mengajari masyarakat bagaimana melakukan sesuatu. Mungkin saja, peksos tidak harus menjadi pelatih, namun bagaimana menemukan orang yang tepat untuk menjadi pelatih. Dalam hal ini peksos membantu masyarakat untuk dapat menyelenggarakan suatu pelatihan yang efektif.


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Suatu informasi yang berupa deskripsi, konsep, hipotesis, teori, prinsip dan prosedur yang bersinggungan secara langsung dengan intervensi makro. Dimana intervensi makro ini merupakan merupakan salah satu metode Perubahan Sosial Terencana, termasuk didalamnya Pengembangan komunitas dalam lingkup khusus dan masyarakat dalam umumnya.
Community Development Worker berperan sentral memberikan kemampuannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal ini akan menimbulkan intervensi struktural dan proses untuk memperlancar akses, mengendalikan sumber daya dan mengembangkan pola pikir orang-orang tersebut untuk membantu mereka lebih berdaya dan mampu.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar