BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada
berbagai istilah berkenaan dengan konsep Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat (PPM). PPM dikenal dengan istilah Community Organization or
Community Development (Gilbert and Specht, 1981). PPM juga merupakan metode
pekerjaan sosial dengan masyarakat (Skidmore, 1982; Zastrow, 1982),
spesialisasi atau setting praktek pekerjaan sosial (Johnson, 1984), Community
Social Work (Taylor & Roberts, 1985), Bimbingan Sosial Masyarakat
(Soetarso, 1991), Community Work (Twelvetress, 1993), Social Work Marco
Prcatice (Netting, Kettner, McMurtry, 2001), atau Community Development (Ife,
2002).
Di
Indonesia, CO/CD disebut juga dengan Pengembangan Masyarakat. Pengembangan
Masyarakat (PM) adalah proses membantu orang-orang biasa agar dapat memperbaiki
masyarakatnya melalui tindakan-tindakan kolektif (Twelvetrees, 1991:1). Secara
akademis, PM dikenal sebagai salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan
utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber
yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial (Suharto,
1997:292). Menurut Johnson (1984), PM merupakan spesialisasi atau setting
praktek pekerjaan sosial yang bersifat makro (macro practice).
Pengembangan
Masyarakat secara umum meliputi perencanaan, pengkoordinasian dan pengembangan
berbagai aktivitas pembuatan program atau proyek kemasyarakatan. Sebagai suatu
kegiatan kolektif, PM melibatkan beberapa aktor, seperti Pekerja Sosial,
masyarakat setempat, lembaga donor serta instansi terkait, yang saling
berkerjasama mulai dari perancangan, pelaksanaan, sampai evaluasi terhadap
program atau proyek tersebut (Suharto, 1997: 292-293).
Sesuai
dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni membantu orang agar mampu membantu
dirinya sendiri, Pengembangan Masyarakat sangat memperhatikan pentingnya
partisipasi sosial dan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks ini,
dan bahkan dalam hampir semua praktek pekerjaan sosial, peranan seorang
community worker seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping,
bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah (problem solver) secara langsung.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang
dimaksud dengan body knowledge?
1.2.2
Apa
itu knowledge intervention macro atau pengetahuan intervensi makro di dalam
community development / community organisation?
1.3 Tujuan
Penulisan Makalah
1.3.1
Mengetahui
apa itu pengertian intervensi makro?
1.3.2
Mengetahui
pendekatan intervensi makro?
1.3.3
Mengetahui
apa itu pengetahuan intervensi makro di dalam community development / community
organization
1.4 Metode Pengumpulan Data
Penyusunan sebuah karya tulis sekecil
apapun bentuknya tentu membutuhkan data sebagai sumber untuk memaparkan temanya
dalam karya tulis tersebut. Dalam kajian ini data yang dibutuhkan diperoleh
dengan menggunakan teknik kajian pustaka, yaitu suatu teknik untuk mengumpulkan
data dari berbagai sumber-sumber pustaka, seperti buku, literature,
sumber lainnya. Penulispun menambah data dengan mengakses internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1
Pengertian
Pengetahuan / Knowledge
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep,
teori, prinsip
dan prosedur yang secara Probabilitas
Bayesian adalah benar
atau berguna.
2.1.2
Pengertian
Intervensi Makro
Intervensi makro merupakan salah satu
metode Perubahan Sosial Terencana termasuk didalamnya Pengembangan Masyarakat.
Intervensi makro biasa dikenal dengan High Level Macro Intervention contoh
yaitu seperti masyarakat luas, pengembangan kebijakan sosial,
perundang-undangan sosial.
2.2 Dimensi
Makro dalam Pembangunan
Menurut
Spicker (1995:3) menggambarkan sekurang-kurangnya ada lima aspek utama yang
harus diperhatikan dan dikenal dengan nama “big
five,” yaitu :
1.
Kesehatan
2.
Pendidikan
3.
Perumahan
4.
Jaminan Sosial
5.
Pekerjaan Sosial
Menurut Zastrow
(1996:4) mengemukakan aspek rekreasional bahwa salah satu unsur yang perlu
diperhatikan dalam upaya meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat di luar
dari berbagai aspek diatas. Sekurang-kurangnya ada sembilan aspek (indikator
besar) yang perlu diperhatikan oleh pembuat kebijakan kesejahteraan sosial (social welfare policy member), yaitu:
1.
Aspek Fisik
2.
Aspek Perumahan
3.
Aspek Pendidikan
4.
Aspek Kesehatan
5.
Aspek Ketenagakerjaan
6.
Aspek Ekonomi Masyarakat
7.
Aspek Jaminan Sosial
8.
Aspek Rekreasional
9. Aspek Pekerjaan Sosial (terkait di dalamnya adalah pembahasan tentang Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)).
Selain aspek di atas, dalam proses pembangunan baik yang
terjadi didunia Internasional maupun di Indonesia, pada dasarnya dipengaruhi
oleh sekurang-kurangnya dua dimensi. Dimensi pertama adalah dimensi maro yang
mneggambarkan bagaiman institusi negara melalui kebijakan dan peraturan yang
dibuatnya memengaruhi proses perubahan di suatu masyarakat. Dimensi yang kedua
adalah dimensi mikro, dimana individu, keluarga, dan kelompok kecil dalam
masyarakat memengaruhi proses pembangunan itu sendiri.
2.3 Strategi
Intervesi
1. Pendekatan Direktif (Instruktif)
Pendekatan direktif yaitu Pendekatan
yang dilakukan melalui tekanan atau pemaksaan ( langsung & kekuatan ), Masyarakat dilihat sebagai objek dan Interaksi
bersifat instruktif.
a.
Kelebihan
:
a)
Perubahan
Perilaku Cepat
b)
Efisien
& Efektif
c)
Mudah
b.
Kelemahan
:
a)
Perubahan
Perilaku bersifat Semu
b)
Perubahan
Perilaku karena Keterpaksaan
c)
Temporer
& Tidak Permanen
2. Pendekatan Non Direktif (Partisipatif)
Pendekatan
non direktif yaitu Pendekatan yang dilakukan secara humanistik atau tanpa
tekanan, Masyarakat
dilihat sebagai subjek, Interaksi
bersifat partisipatif, dan Pemrakarsa
kegiatan adalah masyarakat.
a.
Kelebihan
:
a)
Perubahan
Perilaku Permanen
b)
Perubahan
Perilaku terjadi secara Sukarela
c)
Alternatif
tindakan beragam
b.
Kelemahan
:
a)
Tidak
Efisien dan Sulit
b)
Lambat
terjadi perubahan perilaku
2.4 Peran Community Worker
Para Community Development Worker
berperan sentral memberikan kemampuannya kepada orang-orang yang membutuhkan.
Hal ini akan menimbulkan intervensi struktural dan proses untuk
memperlancar akses, mengendalikan sumber daya dan mengembangkan pola pikir
orang-orang tersebut untuk membantu mereka lebih berdaya dan mampu.
2.4.1 Tugas
a. Melakukan survey isu di masyarakat, kebutuhan
dan permasalahan,
b.
Menyiapkan
kebijakan (proposal) yang berbasis pada masyarakat,
c.
Mengembangkan
dan memelihara sumber-sumber daya masyarakat,
d.
Mengembangkan
cara untuk memperoleh sumber daya external dan akses pada pengambil keputusan,
e.
Mengembangkan
dan mengevaluasi program yang sudah ada, Menerjemahkan dan menjalankan
kebijakan yang ada,
f.
Mengembangkan
dan memelihara demoratisasi di masyarakat dan pendekatan partisipatif dalam
pengambilan keputusan,
g.
Mewakili, melakukan
advokasi, negosiasi dan mediasi terhadap masyarakat dengan lembaga-lembaga
terkait
h.
Menjaga hubungan
kerjasama dengan kelompok lain
i.
Mentransfer
kemampuan dan pengetahuan pada masyarakat
j.
Memberikan
pendidikan tentang hak dan kewajiban terhadap masyarakat
k.
Menyebarluaskan
informasi melalui media yang ada (tulis, audio visual, video dsb.)
l.
Melakukan
tugas-tugas administrasi yang berhubungan dengan proyek komunitas, seperti
melakukan lobi, menyiapkan proposal dana, laporan kegiatan dan laporan keuangan
m.
Membantu
hubungan antara anggota masyarakat dengan institusi lain (pemerintah, LSM,
donor dsb.)
n.
Mengembangkan
kampanye masyarakat
2.4.2
Kemampuan
Untuk dapat melakukan tugas tersebut
setidaknya seorang Community Development Worker harus dapat:
a.
bekerja
dengan masyarakat dan untuk masyarakat secara kreatif, reflektif dan fleksibel
b.
menyalurkan ilmu
dan pengalaman kepada masyarakat
c.
mengetahui
kemampuan dan pengalaman orang lain
d.
berpikir
strategis
e.
berkomitmen
tinggi bahwa harapan masih ada untuk merubah keadaan mereka yang kurang
beruntung
f.
memfasilitasi
kelompok masyarakat yang tidak berdaya
g. sensitif terhadap dilema dan kontradiksi
pendekatan Community
h.
Development dan bagaimana masyarakat menggunakan ilmu
dan kemampuannya
2.4.3 Pengetahuan
Sangatlah penting bagi Community
Development Worker untuk menguasai pengetahuan umum tentang ekonomi,
sosial, budaya dan politik di lingkungan mereka bekerja. Termasuk menguasai:
a.
Ilmu
sosial, politik dan ekonomi yang relevan
b.
Fungsi
dari pelayanan sosial kemasyarakatan oleh pemerintah dan organisasi swasta
c.
Fungsi
Community Development bagi
masyarakat
d.
Sistem
perdagangan dan industri yang terkait dengan pekerjaan mereka
e.
Struktur
Organisasi, proses dan bentuk pengambilan keputusan di sektor pemerintahan
dan NGO (Non Government Organization)
f.
Bagaimana
kebijakan sosial dikembangkan dan dilaksanakan
g.
Bagaimana
Community Development
beroperasi serta tantangannya
h.
Metodologi
riset
i.
Sejarah
Community Development
2.4.4 Keahlian
a. Keahlian
Fasilitasi: keahlian untuk
melakukan cara-cara berbeda membantu masyarakat mengidentifikasi, mengembangkan
dan memenuhi kebutuhannya. Keahlian spesifik lainnya adalah mengembangkan
sumber daya, negosiasi, representasi, advokasi, lobi, delegasi dan menulis
proposal
b.
Keahlian Berorganisasi: keahlian untuk mengatur, mengembangkan dan
memelihara sistem informasi, struktur komite dan
proses rapat, skala prioritas, menjalankan tugas yang diberikan,
mengembangkan kebijakan, jadwal kerja dan mengatur keuangan
c.
Keahlian Strategi: menetapkan tujuan, mengembangkan strategi
dan mengevaluasi progress
d.
Keahlian Berkomunikasi: mendengar dan merespon dengan efektif,
mengumpulkan berbagai aspirasi dan ide, mempresentasikan points of view
e.
Keahlian Networking: memelihara dan mengembangkan hubungan
kerjasama dan silaturahmi dengan pihak lain, membentuk aliansi sesama kelompok
kepentingan
f. Keahlian Riset: keahlian mendapatkan informasi, membuktikan
keabsahan informasi tersebut dan mengevaluasi program.
2.4.5 Contoh-contoh Peran Community
Development Worker
a.
Seorang
Community Development Worker diharapkan mampu menyiapkan segala
informasi kepada masyarakat tentang spesifik topik, misal bagaimana mendapatkan
perawatan darurat rumah sakit. Dia juga harus mampu mengumpulkan data dan
mempresentasikannya dengan cara yang sederhana namun menarik. Dia harus
memastikan bahwa bahasa yang disampaikan mampu dimengerti oleh masyarakat
b.
Seorang
Community Development Worker yang bekerja pada organisasi kebudayaan
diharapkan mampu menjalin relasi untuk melobi politisi tentang isu terkait di
masyarkat. Semisal isu imigrasi.
c.
Seorang
Community Development Worker yang bekerja pada Pemerintah Daerah untuk
menciptakan lapangan kerja dalam hal ini harus memiliki keahlian riset,
organisasi dan networking, begitu juga memiliki pengetahuan bisnis ekonomi
skala kecil dan manajemen keuangan
d. Para Community Development Worker yang
bekerja dengan pengungsi kemanusiaan harus dapat menyiapkan
proposal dana untuk membangun tempat layak tinggal bagi pengungsi. Oleh
karenanya mereka harus paham tata cara membuat proposal dana.
2.5
Peran-Peran Edukasional
1.
Membangkitkan Kesadaran Masyarakat (consiousness raising)
Pekerja sosial harus mampu secara aktif di dalam
berbagai kegiatan kemasyarakatan. Masyarakat harus mampu melaksanakan
pengembangan di atas kaki dan kemampuan mereka sendiri,dan pekerja sosial harus
dapat mencapai kondisi tersebut.
2.
Menyampaikan Informasi (informing)
Pekerja sosial masyarakat harus memiliki informasi yang
bermanfaat, berkaitan dengan indikator sosial, struktur usia, angka kenakalan
remaja, distribusi pendapatan, suku asli dan sebagainya yang semuanya
bermanfaat untuk membuat profil dari suatu masyarakat. Kemudian dia harus dapat
menyampaikan informasi tersebut dalam bentuk yang tepat, dan menjadikan
masyarakat mampu pula memperoleh informasi tersebut.
3.
Mengkonfrontasikan (confronting)
Kadangkala perlu
juga bagi seorang pekerja sosial masyarakat untuk konfrontasi dengan suatu
masyarakat atau kelompok masyarakat, namun tentu saja tidak
dilakukan dengan cara keras. Pekerja sosial harus memiliki kemampuan untuk
melakukan hal ini.
4.
Pelatihan (training)
Pelatihan merupakan peranan yang sangat spesifik, dimana
seorang pekerja sosial masyarakat mengajari masyarakat bagaimana melakukan
sesuatu. Mungkin saja, peksos tidak harus menjadi pelatih, namun bagaimana
menemukan orang yang tepat untuk menjadi pelatih. Dalam hal ini peksos membantu
masyarakat untuk dapat menyelenggarakan suatu pelatihan yang efektif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu informasi yang
berupa deskripsi, konsep, hipotesis, teori,
prinsip
dan prosedur yang bersinggungan secara langsung
dengan intervensi makro. Dimana intervensi makro ini merupakan merupakan salah
satu metode Perubahan Sosial Terencana, termasuk didalamnya Pengembangan
komunitas dalam lingkup khusus dan masyarakat dalam umumnya.
Community
Development Worker berperan sentral memberikan kemampuannya kepada orang-orang
yang membutuhkan. Hal ini akan menimbulkan intervensi struktural dan
proses untuk memperlancar akses, mengendalikan sumber daya dan
mengembangkan pola pikir orang-orang tersebut untuk membantu mereka
lebih berdaya dan mampu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar